Saturday, February 14, 2009

AC MILAN ..the Untold Story of Me..

Mendengar kata Milan yang terpikir pertama kali adalah sepakbola. Why?karena klub sepakbola mancanegara yang pertama kali aku kenal adalah AC Milan. Berawal dari pemberitaan media Karya Dharma di era 90an (koran lokal Jawa Timur, sudah tidak terbit lagi-red) ketika AC Milan bertanding melawan arek-arek Bajul Ijo Persebaya di Gelora 10 November Surabaya. Dari situlah mulai mengenal nama-nama Paolo Maldini, Franco Baressi, Mauro Tasotti, George Weah, Roberto Donadoni dll. Sampai saat ini pun AC Milan tetap menjadi klub of my life. Sepakbola adalah AC Milan dan AC Milan adalah sepakbola itu sendiri. Berlebihan?hem..I don’t think so..

Il Diavolo Rosso, The Red Devils atau Rossoneri (sesuai warna seragam kebesaran mereka Merah dan Hitam) begitulah biasanya AC Milan disebut. Setan Merah, artikulasi yang tidak berlebihan mengingat hegemoni mereka selama 110 tahun berdirimya klub tersebut. Klub ini seolah-olah menjadi hantu bagi sepakbola dunia. Sederet gelar mulai dari Scudetto, Coppa Italia, UEFA Champion League, Winners Cup, UEFA Super Cup, Toyota Cup, FIFA World Cup Championship seolah menjadi pembuktian kedigdayaan mereka dalam ranah sepakbola modern. Bintang lapangan hijau pun silih berganti lahir dari lapangan hijau Giuseppe Meaza, stadion kebanggan penduduk kota mode Milan. Mulai dari periode Trio Grenoli, Trio Oranje Belanda (Marco van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkard) hingga yang baru-baru ini menjadi Tridente maut baru di Serie A Trio Kaparo (Kaka’, Alexandre Pato dan Ronaldinho) dengan tarian Samba nya yang menggoyang sepakbola Italia, plus mega bintang magnet terbesar industri sepakbola modern David Beckham.

Meski kerap dikritik karena kebiasaan mengoleksi lokomotif tua yang berusia diatas 30 tahun (Milan merupakan tim dengan rata-rata usia pemain paling tua di Serie A) tapi permainan kolektif di atas lapangan telah manjadi pembuktian sahih bahwa klub ini mampu menjaga peluang merengkuh gelar Scudetto dan UEFA Cup di akhir musim nanti. Keberadaan Kaka’ tetap menjadi inspirator utama permainan Milan di musim ini, ditambah dengan goyangan dari Ronaldinho plus kedatangan tukang suplai bola David Beckham dari LA Galaxy seolah-olah menjadi momok yang menakutkan bagi setiap lawan-lawannya, ditambah dengan bintang-bintang yang telah matang sebelumnya seperti Andrea Pirlo dan Clerence Seedorf serta pemain yang mulai menanjak permainannya Alexandre “The Duck” Pato.

Mengawali perjalanan musim 2008/2009 dengan hasil mengecewakan karena menelan kekalahan dari Bologna dan Genoa, perlahan tapi pasti Milan mulai menemukan ritme permainan terbaiknya di pertengahan musim dengan menempati posisi dua classifica dan melaju ke babak knock out UEFA Cup. Ketika berita tawaran mega transfer senilai 1,8 triliun untuk Kaka dari klub yang dimiliki juragan minyak dari Dubai Sulaiman al Fahim Manchester City merebak, sempat membuat harmonisasi tim ini terganggu. Tapi seiring dengan komitmen Kaka’ untuk tetap bertahan dan berniat mengakhiri karir di AC Milan serta keinginannya menjadi kapten tim seolah-olah menjadi energi baru bagi tim ditambah dengan gemilangnya performa David Beckham membuat permainan Milan semakin kompetitif.

Drama mega transfer Kaka’ telah berakhir, sekarang perhatian beralih pada usaha mematenkan peminjaman David Beckam sampai akhir musim. Permainan Beckham memang telah kembali di AC Milan dengan umpan-umpan terukurnya yang memudahkan penyerang-penyerang Milan menyarangkan gol dan bahlkan mampu menghasilkan gol cantik pada beberapa pertandingan terakhir. Hal inilah yang membuat semua elemen tim menginginkan Beckham tetap di Milan paling tidak hingga akhir musim. Sang pemain pun mempunyai keinginan yang sama untuk tetap tinggal di Milan.

Akankah negosiasi petinggi Milan dengan pemilik Beckaham LA Galaxy membuahkan hasil dengan bergabungnya David Beckham secara permanen dengan AC Milan?semoga saja....
Read More..

Friday, February 13, 2009

Kangen masakan rumah..

Pecel lele seolah menjadi menu wajib setiap pulang rumah di Tuban. Dengan ditemani sambel terasi dan daun kemangi, selalu menimbulkan sensasi yang berbeda meski di Semarang banyak ditemui warung pecel lele sejenis. Pedasnya sambel terasi..tekstur dagingnya pemirsa..kremes2 hehe..bikin lidah bergoyang, pedesen ngoweh-ngoweh..keringete ndrodhos.
Ga perlu repot beli lele di pasar, cukup mancing di kolam belakang rumah. Di beteti sendiri, digoreng sendiri, ngulek sambel sendiri dan dimakan sendiri hehe..ahh emang semua harus dikerjain sendiri.
Meski terlahir dengan Lima bersaudara laki-laki semua (Pendowo Limo orang Jawa bilang) tapi sejak kecil orang tua mengajarkan kemandirian sejak dini dalam berbagai hal, contohnya saja urusan dapur. Ketika terdengar panggilan “Sholah-sholah” (istilah orang desa ketika ada panggilan lewat speaker dari “Langgar” dan masjid sebagai tanda telah tiba waktu sholat Shubuh), siapapun diantara kami langsung bergegas menuju “Pawon” untuk sekedar menyalakan kompor atau “Engkas Geni” (menyalakan api) di “pawon” klo persediaan minyak tanah habis (Pawon mempunyai dua arti, Pawon sebagai sebutan untuk ruang dapur dan pawon sebagai tungku yang terbuat dari tanah lempung). Sampe hari ini pun kebiasaan itu masih terbawa. Jadi jangan heran klo semua anak laki-laki di keluargaku bisa “megang” irus, enthong, wajan, dandang, layah, panci dsb. Eits ga cuma asal megang, tapi lihai juga memakainya untuk urusan masak-memasak. Mau bukti?datang aja ke rumah hee
Read More..